Merantau ke Jepang (Part1)

Kamis, 01 Maret 2018

Musim Pertama Kenshusei Di Jepang (Adaptasi di Asrama)

Assalamualaikum

Halo sobat
Pernah ngebayangin ga sobat hidup di lingkungan baru tanpa keluarga dan teman yang biasanya ada disekitar sobat?? hmm....pasti kesepian bukan.


Homesick (rindu kampung halaman), mungkin hal inilah yang semua kenhsusei alami waktu mereka memulai hari-harinya. Mulai dari tempat tinggal, lingkungan, tempat kerja, makanan, pola hidup semuanya baru. Kalau di tanah air mungkin bisa main kerumah teman, taman, atau mall. Tapi di Jepang, sobat mau kemana? belum tau tempat, belum ada teman, duit masih pas-pasan.

Ketika kita belum bisa bekerja secara mandiri (masih diajarin senior/senpai). Pulang kerja sampe asrama harus masak karena ga ada makanan yang biasanya ibu kita sudah siapkan, tinggal hap. Itu pun kalau bisa masak, kalau ga bisa?? minta bantuan senpai lagi, " pai boleh minta nasi sama ikannya ga?'.

Nah kondisi itulah yang saya rasakan di bulan-bulan pertama di Jepang. Yang bisa dilakukan untuk ngobatin rasa rindu rumah cuma nelpon pake telepon kartu yang ada di asrama. Karena belum punya HP Jepang dan laptop pada waktu itu. Apalagi waktu itu aplikasi chat belum seperti sekarang. Harapannya adalah proses adaptasi mulai dari pekerjaan, kemandirian bisa cepat berlangsung. Tapi aktualnya tetap perlu proses ya sobat.

Untuk mengatasi hal itu, kita harus bisa fokus ke kehidupan yang sedang dijalani, dan kembali ke niat awal kita datang ke Jepang. Jadi segala kebiasaan kita di Indonesia sementara kita lupakan dulu. Karena jangan sampai hanya gara-gara sobat homesick, sobat malah berpikir untuk pulang ke Indonesia.

Salah satu cara saya supaya tidak homesick adalah dengan cara mengenal lingkungan baru. Mungkin karena kita belum mengenal lingkungan sekitar kita makanya fikiran kita selalu ingat tanah air. Padahal kita belum tahu juga kan lingkungan yang baru ini seperti apa.


Kali ini saya ingin memperlihatkan ke sobat tempat kami para Kenshusei Indonesia tinggal khususnya asrama saya yaitu asrama Yamagami. Bagi saya rumah atau tempat tinggal ala Jepang memiliki  keunikan tersendiri dan harapannya sih ingin bangun rumah model Jepang di Indonesia hehe....


Sobat liat gambar diatas?? yup, itulah asrama tempat kami tinggal. Namanya Yamagami Ryou / Asrama Yamagami. Yamagami adalah nama daerah kami tinggal.  Asrama ini adalah milik perusahaan dimana kami bekerja. Penghuninya hanya kami saja kenshusei Indonesia. Jadi kami harus menjaga dan merawat asrama ini seperti rumah sendiri. Jumlah kami 7 orang, jadi cukup untuk bareng-bareng kerja bakti membersihkan asrama ini.

Uang sewa sudah dipotong lewat gaji per bulan. Asrama ini terdapat 14 kamar, 4 toilet, 1 kamar mandi dan ruangan dapur sekaligus ruang makan. Fasilitas lainnya yaitu tempat jemur pakaian dan garasi untuk motor-motor tenaga kaki alias sepeda kami hehe... Sepeda yang kami terima juga diberikan oleh perusahaan. Plus SIM nya, karena pengguna sepeda di Jepang harus memiliki SIM sepeda yang terdapat nomor yang sesuai dengan nomor di sepeda.


1. Genkan (pintu masuk)

Sebagian bahkan seluruh rumah di Jepang pasti memiliki area depan yang seperti panggung. Area inilah yang disebut Genkan. Memang terlihat jadi seperti rumah panggung, selain itu rumah Jepang terbuat dari kayu oleh karena itu tahan kalau ada gempa. Rumah Jepang dominan dengan material kayu berbeda dengan rumah di Indonesia.

2. Daidokoro / Dapur sekaligus Ruang Makan


Dapur adalah tempat kami masak,makan dan berkumpul. Selain itu ketika ada tamu pun biasa kami jamu di dapur. Dapur kami cukup besar, kulkas yang ada pun sekitar 5 unit, karena ngga mungkin kan 7 orang kulkasnya 1 unit, ga cukup hehe...

3. Kamar Tidur

Kamar tidur di Jepang harus ada AC nya karena untuk musim dingin dan panas. Biasanya 1 kamar bisa diempati 2 atau 3 orang dengan kasur ala ngampar. Tapi alhamdulillah kamar yang ada di asrama ini untuk 1 orang, jadi bisa bebas kalau mau ngorok hehe.

4. Garasi Sepeda

Garasi sepeda tempat kami menyimpan semua sepeda kami dari panas matahari dan hujan. Sepeda di asrama kami sangat banyak sobat, sepeda-sepeda itu adalah warisan dari senior kami yang sudah pulang ke Indonesia.

5. Cara Membuang Sampah 

Sebenarnya membuang sampah sesuai dengan jenisnya sudah tahu ketika di Indonesia, hanya saja tidak pernah mempraktekkannya. Ketika di Jepang hal itu berlaku bahkan di tempat tinggal sendiri. Waktu ke dapur saya melihat ada lebih dari 1 tong sampah yaa sekitar 5 tempat sampah. Setelah saya lihat isinya adalah sampah yang disesuaikan berdasarkan jenisnya.

#Sampah yang bisa dibakar /Moeru Gomi (燃えるゴミ)
 Sampah kertas, plastik, karton dll

#Sampah yang tidak bisa dibakar / Moenai Gomi (燃えないゴミ)

1. Sampah basah/organik (tulang, kulit & biji buah, dan sisa makanan lainnya)
2. Kaleng bekas
3. Botol kaca
4. Botol plastik (air mineral dan sejenisnya)

Dari ke-5 jenis sampah tersebut ada waktu pembuangannya, jadi sobat tidak bisa asal buang sampah. Karena petugas kebersihannya pasti tidak akan mengambil sampah tersebut.


Pulang Pergi Asrama-Pabrik

Sobat lihat di poin no.5 banyak sekali sepeda berjejer terparkir lumayan rapi (biasanya acak-acakkan hehe). Itulah transportasi yang perusahaan berikan kepada kami. Bukan BMX atau mountain bike, tapi sepeda ontel dengan keranjang di depan.

Sepeda tersebut diberi nama sesuai pemiliknya masing-masing juga dengan SIMnya. Sebagai informasi, bersepeda di Jepang ada SIMnya juga loh sobat yang tertulis no sepeda.

Perjalanan pergi ke pabrik perlu waktu sekitar 30 menit sedangkan perjalanan pulang sekitar 1 jam, loh ko jadi lama ya?? ya karena perjalanan pergi track nya menurun sedangkan perjalanan pulang kami harus menanjak.

Selain sebagai transportasi bekerja, sepeda kami gunakan juga untuk pergi belanja, ke stasiun, ke tempat belajar bahasa Jepang dan aktivitas lainnya.

Sobat, dengan kami menggunakan sepeda. Itu dapat membantu menjaga kesehatan kami loh, karena bersepeda tanpa kami sadari adalah sebagai olahraga.

Makanya kebanyakan warga Jepang lebih senang menggunakan sepeda untuk aktivitas sehari-hari. Karena selain mudah dan murah juga baik untuk kesehatan.


Sobat, demikianlah cerita singkat mengenai adaptasi tempat kita tinggal. Seperti pepatah "Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung". So dimana pun kita berada kita harus menghormati adat istiadat setempat ya sobat..











Belajar Memahami Pekerjaan

Assalamualaikum.. Akhirnya mulai ng-blog lagi nih, setelah berbulan-bulan buka blog cuma diliatin doang. Sempet bingung mau posting apa s...